Sabtu, 17 November 2007

Dinamika Kawasan Asia Timur

Oleh Asep Setiawan

(maaf mas Asep saya masukin Karya anda di blog saya)

Pendahuluan

Kawasan Asia Timur merupakan ajang pertarungan negara-negara besar sejak sebelum Perang Dunia I. Pada era kolonialisme kekuatan dari Eropa bertarung memecah belah Cina. Inggris, Jerman, Belanda dan Portugal adalah beberapa negara yang ikut memasuki kawasan Asia dalam rangka misi imperialismenya. Bahkan sebagian besar kawasan Asia Timur jatuh ke tengan kolonial mulai dari Asia Tenggara sampai dengan Cina.

Ketika pecah Perang Dunia II, negara-negara besar bertarung kembali memperbutkan jalur strategis dan sumber alam yang kaya di kawasan ini. Tidak hanya itu bahkan banyak negara berpindah tangan dari satu penjajah ke penjajah lain. Menjelang pecah Perang Dunia II, Dunia terbagi kedalam kekuatan sekutu dan poros Jepang-Jerman.

Dampak persaingan itu sangat kuat. Jepang menguasai Asia dengan dalih membebaskan diri dari kekuasaan Eropa. Tapi pada kenyataannya, Jepang memperlakukan bangsa Asia sebagai daerah jajahan. Di Eropa, Jerman berambisi menguasai Eropa dengan menjajah Perancis, Ceko, Polandia dan bahkan akan menguasai Rusia.

Setelah Perang Dunia II, Asia Timur menyaksikan Perang Dingin yang menakutkan. Kawasan ini terbelah dua besar plus dengan negara netral yang bergabung kedalam Gerakan Non Blok. Satu kubu terang-terangan dan menjalin alianis dengan Barat. Kubu lain lain memilih berpaling ke Uni Soviet untuk memenuhi kepentingan nasional masing-masing.

Dengan perjalanan historis yang sedemikian panasnya di kawasan Asia, maka pada masa pasca Perang Dingin pun tidak terkecuali menjadi ajang perebutan pengaruh. Namun demikian aktor-aktornya mengalami perubahan meskipun tidak begitu drastis.

Artikel ini akan mengkaji Asia Timur, pertama, anggota inti dari kawasan ini sebagai sebuah entitas dari sudut pandang geografis. Kedua, persaingan politik dan dinamika di Asia dalam konteks waktu.

Sebelum mengkaji tentang Asia Timur dalam arti geopolitik dan percaturan aktor-aktornya, terlebih dahulu meminjam istilah Sheldon W Simon yang menulis kawasan ini dari pendekatan sistem. Ia menilai sebuah regional dari konsep yang diajukan oleh William Thompson tentang sebuah kawasan.

Dalam definisinya Thompson menyebutkan bahwa sebuah kawasan sedikitnya memiliki 11 ciri.

1. Pola interaksi yang ajeg.

2. Keterkaitan sehingga perubahan dalam satu satu komponen sistem akan mempengaruhi titik lainnya.

3. Identifikasi diri

4. Pengakuan eksternal sebagai aktor menentukan

5. Anggota sistem berupa negara secara relatif inferior terhadap sistem global

6. Tunduk terhadap sistem dominan seperti perubahan dalam sistem dominan akan memiliki pengaruh besar terhadap sisten regional, bukannya sebaliknya. Semakin intensif penetrasinya oleh sistem global terhadap sistem regional bukan sebaliknya

7. Ada sejumlah ikatakan etnik, linugistik, kultural, historis yang sama

8. Hubungan institusional yang eksplisit

9. Otonomi yakni lebih dominannya tindakan intra sistem atas pengaruh eksternal

10. Keseimbangan regional kekuatan-kekuatan lokal.

11. Status perkembangan yang sama

Dari sejumlah ciri-ciri konseptual yang diajukan Thmopson itu terlihat adanya gejala-gejala yang muncul di Asia Timur. Misalnya, ketundukan terhadap sistem dominan terlihat ketika Perang Dingin meletus menjadi perang sungguh-sungguh di Semenanjung Korea. Bahkan sampai menjelang abad ke-21, Jazirah Korea masih terbagi dua antara komunis dan kapitalia.

Batas-batas Asia Timur

Ada berbagai pendapat mengenai batasan-batasan wilayah Asia Timur. Pada umumnya wilayah ini dibagi dua subregional yakni Asia Timur Laut dan Asia Tenggara. Mereka yang tergolong kepada Asia Timur Laut yakni Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, Cina, Taiwan dan Hongkong.

Sedangkan kawasan Asia Tenggara meliputi dua wilayah besar pula yakni Asia Tenggara kepulauan dan Asia Tenggara daratan. Asia Tenggara kepulauan memiliki sejumlah anggota yakni Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam. Negara yang tergolong pada Asia Tenggara daratan terletak di Indocina yang meliputi Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja dan Myanmar.

Selain adanya pembatasan dua kawasan subregional berdasarkan pendekatan geografis, terdapat pula kesamaan kultural dari dua subkawasan ini. Asia Timur Laut lebih banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Cina.

Sedangkan kawasan Asia Tenggara meskipun juga mengalami pengaruh Cina tetapi juga mendapatkan imbas secara kultural dari India. Karena letaknya diantara dua samudera dan di lintasan berbagai peradaban dunia, maka Asia Tenggara terbuka terhadap masuknya kebudayaan dari India, Cina, Arab dan bahkan Barat. Oleh sebab itu pada awal pertama, kebudayaan India mendominasi Asia tenggara terutama dalam bentuk pemerintahan. Sebelum masuknya kebudayaan India, kebanyakan kebudayaan di Asia Tenggara berdasarkan budaya yang tergantung kepada alam diantaranya pertanian.

Anggota inti

Untuk mengkaji aktor-aktor dalam sistem regional Asia Timur ini Simon membagi dua kategori yakni anggota-anggota inti (core members) dan anggota pinggiran (periperal members). Alasan pembagian dua golongan itu ditentukan atas dasar faktor politik dan ekonomi.

Istilah anggota inti merujuk pada negara-negara yang politik luar negerinya menunjukkan daya jangkau dan jarak yang mempengaruhi banyak unsur sistem di kawasan ini. Sedangkan istilah elemen pinggiran merujuk pada kemampuan ekonomi; pergangan yang potensial dan sekarang ; serta hubungan perdagangan dan investasi dengan angota inti dan yang lainnya.

Menurut Simon terdapat empat anggota utama Asia Timur yakni Jepang, Cina, Indonesia dan Vietnam. Ia mengambil kesimpulan itu setelah melihat sejumlah indikator mulai dari jumlah penduduk, ekonomi dan volume perdagangannya.

Dua negara besar yang berperang besar dalam pembentukan kawasan ini adalah Cina dan Jepang. Cina dengan penduduk 1,2 milyar jiwa saat ini dan Jepang dengan penduduk 126 juta termasuk menonjol. Jika Cina memiliki kapasitas yang bisa jadi negara besar di masa mendatang karena pertumbuhan dan stabilitas ekonominya, Jepang sudah membuktikan diri sangat kuat dalam ekonomi. Setelah dilanda krisis pendapatan perkapita Jepang masih besar sekitar 33.800 dollar AS per jiwa pertahun. Sedangkan Cina mulai menanjak dengan pendapatan perkapita 738 dollar AS. Indonesia sendiri setelah krisis ekonomi dan politik GNP perkapita sekitar 981 dollar AS.

Anggota pinggiran

Menurut Simon, negara-negara periperal atau pinggiran adalah yang tidak tampak memprakarsai perkembangan politik kawasan. Namun mereka terpengaruh oleh kecenderungan regional. Dengan kata lain meskipun aktor-aktor ini eksis di kawasan namun karena kapabilitas politik, militer dan ekonomi tidak begitu siginifikan maka faktor-faktor aktor utama sering mempengaruhi perilaku eksternal mereka.

Anggota pinggiran suatu kawasan tampaknya banyak menyesuaikan diri dengan aktor dominan regional. Mereka biasanya mengakomodasi kepentingan negara besar atau yang berpengaruh di kawasannya. Bila timbul keteganganpun biasanya aktor dalam kawasan ini mencari pelindung kepada aktor dominan sistem internasional untuk mengimbangi aktor lainnya yang mengancam dirinya.

Salah satu aktor pinggiran yang kita bisa ambil contohnya Korea Utara dan Selatan. Korea Utara pada dasaranya dibentuk oleh kekuatan komunis yang waktu Perang Dingin didominasi oleh RRC dan Uni Soviet. Sampai kini sisa-sia kekuatan komunis garis keras masih tampak meskipun dua majikannya sudah menyatakan diri mengikuti garis kapitalis.

Uni Soviet bubar tahun 1991 menjadi 15 negara dan kemudian memeluk kapitalisme karena komunisme hanya melahirkan kemiskinan dan ketakutan akan perang nuklir. Majikan kedua, Cina juga sudah meninggalkan Marxisme garis keras tetapi mulai memodifikasinya dengan menggunakan sosialisme dengan karakteristik Cina. Namun pada intinya sistem yang dianut Cina inipun sudah mulai menggunakan sebagian dari gagasan-gagasan dasar kapitalisme dengan mengijinkan swasta beroperasi. Bahkan di kawasan ekonomi khusus seperti di Pudong, Shanghai, negara asing bisa investasi 100 persen dengan keuntungan 100 persen diambil.

Namun ironisnya, Korea Utara sendiri masih menggenggam komunis garis keras dengan harapan bahwa ajaran ideologinya bisa memberikan kemakmuran. Bahkan untuk mengurangi serangan dari kapitalisme dunia, Korut sama sekali menutup pintunya dari penetrasi asing. Meskipun anggota pinggiran namun sejauh ini tindakannya masih ditentukan dari dalam. Artinya, pemimpin lama Kim Il Sung sangat menentukan arah yang diambil Korut. Demikian pula penggantinya, Kim Jong Pil juga mengikuti jejak ayahnya dengan menutup diri dari perkembangan dunia luar.

Sedangkan aktor periperal kedua yang diambil contohnya di sini adalah Korea Selatan. Dengan penempatan sedikitnya 30.000 tentara AS di Korsel sudah menunjukkan karakter negara periperal dimana akibat ancaman terhadap dirinya meminta bantuan asing. AS tidak hanya menempatkan tentaranya tetapi juga perangkat keras militer seperti persenjataan artileri, pesawat, rudal dan kapal. Situasi dalam negeri Korsel ini menunjukkan betapa aktor pinggiran itu ditentukan oleh aktor dominan regional dan internasional.

Dalam tingkat tertentu, aktor periperal di Asia Tenggara yang dicontohkan Simon adalah Thailand. Hal ini disebabkan sudah lama Thailand karena merasa ancaman terhadap eksistensinya muncul dari negara komunis Vietnam maka ia menoleh ke AS. Perjanjian militer AS-Thailand sudah sangat erat, persis seperti terjadi dengan adanya pangkalan militer AS di Subic dan Clark sebelum tahun 1992.

Kesimpulan

Asia Timur merupakan sebuah kawasan yang memiliki anggota inti dan periperal. Pembagian ini untuk menilai siapakah aktor-aktor penting dalam kawasan ini sehingga memudahkan analisa tentang kecenderungan di wilayah ini. Di Asia Timur Laut, aktor dominan di pegang Jepang dan Cina. Sedangkan di Asia Tenggara bisa dikatakan, Indonesia dan Vietnam memiliki prakarsa yang dominan dalam percaturan politik di kawasan ini.

Daftar Pustaka

Rudy, Teuku May Drs SH MA MIR., Studi Kawasan. Bandung: Bina Budhaya1997.

Simon, Sheldon W., East Asia dalam World Politics oleh Rossenau. New York, Free

Press, 1987.

Soesastro, Hadi dan AR Sutopo, Strategi dan Hubungan Internasional. Jakarta, CSIS

1981.

Kegley, Charles Jr dan Eugene R Witkopf, World Politics. New York: St Martin’s

Press, 1993.

Morgan, Patrick M., Theories and Approaches to International Politics. New

Brunswick, transaction Books, 1987.

Tidak ada komentar: